Tuesday, August 4, 2009

sempurna

Handphone milik Rita, adikku, berdering tepat ketika aku hendak keluar menuju rumah Vera. Iseng, aku mengambilnya. Tak apalah, lagipula dulu akulah pemilik nomor cantik ini. Tertulis “1 pesan diterima” di layar itu. Wah, siapa pula malam minggu begini meng-sms Rita. Pasti dari pacarnya.
Dari : 085295xxxxxx
“Perfeck itu salah. Yang benar adalah Perfect.”
Begitu saja isi pesan selular itu. Tak ada nama atau maksudnya. Hmm, sepertinya aku kenal dengan kalimat itu. Mengingatkanku pada seseorang. Tapi mana mungkin.. Bagaimana bisa.. Saya ambil handphoneku dan mencatat nomor itu. Mungkin memang benar. Tapi nanti saja aku menghubunginya, tidak malam ini.
=====================================================================================
To : 085295xxxxxx
““Sempurna” dalam bahasa inggris adalah Perfect dengan huruf T di belakangnya.”
Sending…
Tak lama…
1 message received.
From : 085295xxxxxx
“Kamu membalasnya. Syukurlah..”
Option, Reply.

To : 085295xxxxxx
“Kamu siapa.? Apakah aku mengenalmu.?”
Sending…

1 message received.
From : 085295xxxxxx
“Akulah serpihan kisah masa lalumu.
Bisakah kita bertemu nanti malam.? Ada yang ingin kusampaikan.”

Sudah kuduga. Dia.!! Dia hadir kembali. Tapi aku bingung. Haruskah aku memenuhi undangannya.?

To : 085295xxxxxx
“pukul 8 malam di Café Abbey.”
Sending….
Aku sudah tidak sabar.!!! Demi rasa kangen yang tidak tertahan lagi.. Thanks God.
=====================================================================================
Pukul 19.55, Café Abbey.
Sengaja aku datang lebih awal. Supaya aku benar yakin kalau itu adalah dia.!! Kalau bukan dia, aku bisa pergi meninggalkannya. Buat apa menemui orang yang tidak ku harapkan.?
Aku tidak memesan apa apa di café ini. Bukan masalah, karena pemiliknya adalah kawan lamaku. Aku bilang padanya, aku akan menemui orang yang sudah lama aku tidak menemuinya. Dia memberi semangat padaku. Semangat apa.? Aku juga tidak mengerti.
Dari tempat duduk ini, aku sudah melihat di parkiran café, ia berjalan. Oh, hanya sendiri. Aku sudah yakin, dia yang datang. Dia. Entah kenapa, aku gugup. Jantungku berdegup kencang sekali. Tiba tiba aku bingung apa yang akan ku bicarakan nanti.
Dia di depanku, tersenyum. Beruntung, lampu di café ini tidak terlalu terang. Kalau tidak, mungkin dia bisa melihat telingaku yang memerah karena malu diberi senyuman semanis itu.
“Hai. Apa kabar.?” Katanya ramah. Tak ada getar suara yang menandakan dia gugup berbicara denganku. Berarti hanya aku yang berlebihan. Ku buat diriku sesantai mungkin. “Hai juga. Kabarku, biasa saja, tidak ada yang hebat terjadi belakangan ini. Kamu.?” Tanyaku.
Dia hanya tersenyum. “Boleh aku duduk.?” Tanyanya. “Oh, silakan. Mau pesan apa.? Aku pesankan jus alpukat ya, minuman kesukaanmu.” tawarku. Dia mengangguk.
“Jay, Jay. Pesan jus jeruk sama jus alpukat ya.” Teriakku pada si pelayan yang sudah ku kenal.
Aku tersenyum. Aku tidak bisa tidak tersenyum melihatnya. Mukanya selalu lucu, di saat senang bahkan ketika sedih.
“Kamu masih ingat ya.”katanya. Tentu saja, siapa yang bisa lupa ama kamu.?
“Ya, ya. Kamu kan tau aku tidak bisa berbahasa Inggris. Dan satu satunya orang yang ku kenal yang bisa berbahasa inggris ya cuma kamu.”aku sedikit menggombal. Kami berdua orang yang suka mnggombal dan digombali.
“Aku pengen ngomong beberapa hal aja.”katanya, membuka penjelasan untuk apa kami berdua duduk di café yang sama di hari yang sama kami memutuskan untuk berpisah 3 tahun lalu.
“aku mendengarkan.”jawabku.
“ya, aku hanya ingin kamu mendengarkan. Jangan berbicara apa apa. Aku tidak mau mendengar komentarmu dulu. Deal.?”
“deal.”
“ada dua hal. Pertama, aku ingin meminta maaf untuk kesalahanku di malam kita terakhir berbicara..” ya, sudah 2 tahun kita tak saling kontak “..bahwa aku menyebutmu orang gila..” aku memang tergila gila sama kamu “..setelah aku tahu kamu main balap motor lagi..” sesuatu yang tidak kamu suka dariku “..sesuatu yang tidak aku suka darimu.”. ya, itu salahku juga.
“tapi kamu harus tau, alasan aku bilang begitu sama kamu. Aku sedang dalam keadaan kacau, ada masalah dengan keluargaku, dan kamu malah melakukan satu hal yang kamu tahu aku benci sama hal itu.” Harusnya aku membantumu, kan.?
“yang kedua, aku pengen kamu tahu kalau aku tidak membenci kamu walau sebenarnya aku ingin. Bukannya aku tidak mau, tapi aku tidak bisa membenci kamu.” Sama. Aku masih sayang kamu.
“denger ya, Dimas. Aku ngomong kaya gini bukannya sedang minta kamu buat balikan lagi sama aku sebab aku gak yakin apa kamu mau balikan lagi sama kamu. Aku cuma pengen kamu tahu aja, aku gak benci kamu. Sama sekali aku gak bisa benci kamu.”. bolehkah aku berkomentar sekarang Rena.? Sebab aku juga ingin kamu tahu bahwa kamu masih ada di hatiku.
“Dimas, udah lama banget aku gak ketemu atau kontak lagi sama kamu. Tapi aku tahu, kamu sudah beberapa kali mendapatkan pengganti aku. Mungkin itu yang bikin aku gak yakin kalau kamu masih inget aku.” Kamu salah, Rena. Mereka bukan siapa siapa, bukan apa apa. Kamu gak tergantikan. Kamu yang selalu ada di pikiran aku.
“Susah banget pisah ama kamu. Kamu lelaki petama yang hadir membawa cinta buat aku. Kalau kamu juga pengen tahu, aku tidak bisa mendapat lelaki kedua atau ketiga atau berapapun yang lebih baik dari kamu. Kamu sudah terlalu sempurna buat aku. PERFECT dengan huruf T. sejak kita berpisah, aku selalu mencari siapa yang lebih baik dari kamu sampai aku capek sendiri. Dan sekarang akhirnya aku bertahan pada kelajangan yang jalang ini, Dimas.” Kenapa kamu bicara begitu Ren.? Aku tidak memaksamu untuk tetap bertahan dalam kesendirianmu itu. Kamu bodoh. Bodoh sekali mengaharap cinta dari orang sebrengsek aku.
“yah, bilang aku tolol atau idiot karena mengharapkan kamu, Dimas. Itu juga yang dikatakan oleh July, sahabat aku. Katanya, untuk apa aku masih memikirkan orang yang jelas jelas sudah mendapat pengganti diriku.” Kenapa kamu tidak mendengarkan July saja, Ren.? Aku memang bajingan. Aku berganti ganti pacar seminggu tiga kali. Aku meninggalkan mereka tanpa kejelasan. Aku suka balap motor. Aku manusia malam.
“Dimas, aku benar benar tidak sedang meminta kamu kembali. Mungkin kamu bukan jodohku, tapi kamu tetap cintaku. Aku hanya ingin yang terbaik buat kamu. Tapi sepertinya aku salah, aku tidak tahu apa apa yang terbaik atau tidak baik untuk kamu. Dunia aku sama kamu berbeda. Harusnya aku sadar hal ini sejak awal.”. bahkan di saat menunduk pun, Rena sungguh manis.
Tapi tiba tiba Rena bangkit dan mengambil tasnya. Melangkah keluar café. Pesanan kami belum datang. Aku shock, mendengar semua kata katanya tadi. Apakah berarti aku yang salah selama ini karena selalu berganti pasangan.? Menjadikannya tidak mempercayai lagi ucapan cinta dan sayang yang nanti barangkali akan terucap lagi dari mulutku.? Karena tidak bisa menjadi apa yang dia mau.? Tidak berusaha melepaskan semua tabiat burukku.? Aku mulai kacau dan tiba tiba suara..
BRAKK..
Terdengar suara benturan keras. Tidak mungkin.!! Rena.. aku belum sempat berucap..
==================================================================================
Mungkin kau bertanya tanya
Arti perhatianku terhadapmu
Pasti kau menerka nerka
Apa yang tersirat dalam gerakku
Akulah serpihan kisah masa lalumu
Yang sekedar ingin tahu keadaanmu
Tak pernah aku bermaksud mengusikmu
Mengganggu setiap ketentraman hidupmu
Hanya tak mudah bagiku lupakanmu
Dan pergi menjauh
Beri sedikit waktu
Agar ku terbiasa
Bernapas tanpamu
Teruntuk dirimu
Dengarkanlah
*Lyla-Bernapas Tanpamu

No comments:

Post a Comment